bisnis?

Sedari dulu, sy merasa tidak memiliki bakat sedikitpun dalam hal bisnis. Seneng sih, lihat liputan-liputan suksesor bisnis, bahkan kepengen mengikuti jejak mereka. Tapi apa? dari mana? bagaimana?

Yang sy ingat, sy pernah ‘bisnis’ saat SD dulu: menjual kertas orek-orekan -kertas untuk coret2 saat belajar matematika/ berhitung- yang sy ambil dari tumpukan kertas di rumah, sy potong kecil2, diberi cover, dan dijilid. Baru berjalan 2x, ketahuan oleh Bapak, kemudian dinasihati, “kalau temannya mau pakai diberikan saja, toh di rumah ada banyak kertasnya, dan kita dapatnya gratis, gak baik kalau dijual”. Ya..bapak saat itu bekerja di pabrik kertas, dan tidak jarang mendapat jatah kertas sortiran dari pabrik. Setelah itu, sy pun gak-lagi-lagi melakukannya. Ketika masih di bangku SMA, sy sangat respect pada seorang teman yang sering membawa dagangan ke sekolah. Dagangan itu berupa karet kuncir, bros, dan benda-benda lain yang ada di toko rumahnya. Bakat itu sudah muncul sedari kecil, hingga kini ia pun sukses dengan baby shop nya.

Sebenarnya, dulu sekali, saat masih tingkat akhir di SMA, sy berniat ingin mulai jualan..sebagaimana yang dilakukan kakak sepupu di Jogja dengan reseller dagangan bulik. Sy kepikiran, besok kalau kuliah ingin sekali menirunya. Namun kenyataannya jauh panggang dari api, sy sampai lupa kalau pernah punya angan-angan seperti tu. Padahal, di kampus, tidak sedikit teman yang telah mulai membuka usaha, mulai dari berjualan pulsa, reseller jilbab, sampai yang sangat berjaya adalah senior yang membuka usaha warung makan ayam tulang lunak.  Namun itu semua belum bisa menggenapkan niat untuk segera memulai.

Hingga awal Juli kemarin, sy tidak sengaja mampir ke sebuah toko yang ternyata adalah distributor produk yang dulu dibisniskan oleh bulik. Lalu muncullah keinginan untuk turut menjadi reseller. Bismillah..modal nekat.. finally sy pun tercebur..

Setelah itu, sy bingung memulai dari mana. SMS beberapa temen..sepertinya kurang masif. Kepikiran bisnis online, tapi sy masih belum paham dah tidak yakin..karena sy pribadi tidak terlalu percaya belanja OL. Namun, karena barang yang sy jual termasuk prodek branded, kualitasnya tidak diragukan lagi. Akhirnya, dengan memanfaatkan akun FB lain, memulai bisnis online.

Tapi kemudian sy kaget, harganya harus bersaing, sy tidak yakin bisa telaten dan bertahan lama. Harga sedikit mahal, konsumen pada lari. Kebingungan selanjutnya adalah sy belum tau seluk beluk jasa pengiriman barang. Juga tentang nomor rekening yang digunakan, mayoritas OL shop menggunakan 2 rekening itu dan konsumen meminta rekening yang sama. Kepikiran membuka rekening lagi..tapi sy khawatir tidak terawat. Juga karena sejak aktif di Kajian Ekonomi Islam, sy mengusahakan tidak lagi menggunakan bank konvensional.

Di balik kebingungan ada kekagetan. Kaget dengan sistem belanja di distributor yang tidak seideal yang sy banyangkan. Banyak produk langka, digandeng, bersyarat, poin tebus murah tidak bisa digunakan untuk menukar semua produk, senior yang ‘pilih kasih’, dsb. Oups..maafkan, tidak bermaksud mengeluh.. Juga barang yang menumpuk belum laku -pernah sampai kepikiran banget-, dan menghadapi customer yang dengan seenaknya mencancel, tidak pasti, kkalau sudah fix pengen cepet, minta tempo, menawar, minta diskon, minta hadiah, tanya terus tapi gak beli..*haha..mirip sekali kalau sy sedang belanja. Kalau sudah seperti ini, sy kemudian berempati pada para penjual..salut atas keuletan mereka 🙂 *

Baru berapa bulan berjalan, sy mengaku kalah. Ya, sy masih harus banyak belajar. Belajar untuk tidak mudah menyerah, selalu berlatih dan berupaya maksimal, tidak bermental instan, tidak terlalu perhitungan, paham fiqh & etika bisnis, banyak sedekah, dan selalu berorientasi berkah

Categories: Jejak Pelangi | Tinggalkan komentar

Navigasi pos

Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.